Selamat Datang di Blog LADUNI GROSIR HANDICRAFT KHAS JEMBER, Kerajinan asli Jember
Salam sukses selalu untuk kita semua, semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt Tuhan Yang Maha Esa, semoga kita selalu dimudahkan rezeki serta kemudahan dalam segala hal di kehidupan ini atas kehendakNya. Amin. Kali ini kami sajikan produk terbaru dari team kreatif LADUNI GROSIR HANDICRAFT online offline mempersembahkan sebuah produk .
Salam sukses selalu untuk kita semua, semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt Tuhan Yang Maha Esa, semoga kita selalu dimudahkan rezeki serta kemudahan dalam segala hal di kehidupan ini atas kehendakNya. Amin. Kali ini kami sajikan produk terbaru dari team kreatif LADUNI GROSIR HANDICRAFT online offline mempersembahkan sebuah produk .
Jenis Produk Tasbih TULANG SAPI Kepala Naga Kayu Stigi 99 Biji 8 mm ini kami jual dengan harga eceran :
Rp.100,000,- / satuan
(harga belum termasuk ongkos kirim)
KODE PRODUK : LGTTSKN996
Berikut ini adalah foto produk kerajinan khas yang di produksi oleh team kreatif LADUNI CRAFT dan untuk melihat foto satu persatu siilahkan pelajari gambar di bawah ini dengan menggeser pada scroll yang tersendia.
Untuk melihat program, promo, potongan harga bagi reseller serta tata cara pemesanan hingga indentitas, nomor telephone serta nomor rekening resmi dari management Makrifat Business anda dapat mempelajari dibawah ini.
Untuk melihat dan mempelajari terkait dengan artikel produkanda dapat menyimak tulisan di bawah ini.
Penjelsan tentang KAYU STIGI
Untuk melihat program, promo, potongan harga bagi reseller serta tata cara pemesanan hingga indentitas, nomor telephone serta nomor rekening resmi dari management Makrifat Business anda dapat mempelajari dibawah ini.
Penjelasan tentang TULANG SAPI
Umumnya tulang sapi biasa dimanfaatkan sebagai bahan olahan
kuliner yang lezat seperti sup iga atau kaldu. Namun tulang sap bisai diolah
menjadi berbagai macam kerajinan tangan unik.
Tulang sapi lebih cocok untuk dijadikan bahan dasar
pembuatan kerajinan dibanding tulang hewan lainnya. Selain mudah didapatkan,
tulang sapi memiliki bentuk tulang yang lebih panjang dari hewan lain. Tulang
sapi lebih kuat dan tidak mudah keropos.
Berbeda dengan tulang kerbau yang berukuran lebih pendek atau tulang kuda yang
mudah keropos.
Struktur tulang sapi pada prinsipnya sama dengan tulang
lainnya yaitu terbagi menjadi bagian epiphysis atau bagian sendi tulang dan
diaphysis atau bagian tengah tulang yang berbentuk silinder.
Tulang sapi bekas dari rumah pemotongan hewan dijadikan
ladang rejeki. Tulang-tulang yang telah dibuang tersebut dapat digunakan untuk
kerajinan asesori menarik.
Sejauh ini, sudah banyak produk olahan selain pangan yang bisa dihasilkan oleh bahan-bahan sampingan tersebut. Untuk jeroan, banyak olahan pangan khas nusantara yang menggunakan bagian dalam tubuh ternak, terutama sapi.
Sedangkan kulit, sejak dulu kala, kulit dikenal sebagai bahan yang baik untuk membuat aneka produk jadi seperti jaket, sepatu, ikat pinggang, dompet, tas, pelapis kursi dan kebutuahn lainnya. Lalu bagaimana dengan tulang? Sejauh ini, layaknya jeroan, tulang lebih banyak dimanfaatkan untuk olahan pangan seperti sop kaki, bakso dan lainnya.
Itupun sebagian besar hanya digunakan sebagai bahan pembuat kaldu atau sekedar diambil bagian sum-sum tulangnya. Bagian tulang yang keras, kebanyakan hanya dibuang begitu saja menjadi limbah atau diberikan kepada hewan peliharaan.
Padahal dengan sebonggol tekad dan sejumput kreatifitas, tulang sapi yang keras bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai tambah tinggi. Jika tanduk selama ini sudah mafhum diolah menjadi berbagai produk kerajinan tangan, hal yang sama pada prinsipnya juga bisa dilakukan pada tulang.
Ide pembuatan tasbih berbahan dasar tulang sapi Sebelum menemukan tulang sebagai bahan baku kerajinan , harus menempuh jalan panjang. Awalnya, ia menggunakan kayu sebagai bahan baku, tapi ia melihat banyak kelemahan dari bahan kayu yang diguanakannya, antara lain tak kuat terkena air dan keringat .
Sejauh ini, sudah banyak produk olahan selain pangan yang bisa dihasilkan oleh bahan-bahan sampingan tersebut. Untuk jeroan, banyak olahan pangan khas nusantara yang menggunakan bagian dalam tubuh ternak, terutama sapi.
Sedangkan kulit, sejak dulu kala, kulit dikenal sebagai bahan yang baik untuk membuat aneka produk jadi seperti jaket, sepatu, ikat pinggang, dompet, tas, pelapis kursi dan kebutuahn lainnya. Lalu bagaimana dengan tulang? Sejauh ini, layaknya jeroan, tulang lebih banyak dimanfaatkan untuk olahan pangan seperti sop kaki, bakso dan lainnya.
Itupun sebagian besar hanya digunakan sebagai bahan pembuat kaldu atau sekedar diambil bagian sum-sum tulangnya. Bagian tulang yang keras, kebanyakan hanya dibuang begitu saja menjadi limbah atau diberikan kepada hewan peliharaan.
Padahal dengan sebonggol tekad dan sejumput kreatifitas, tulang sapi yang keras bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai tambah tinggi. Jika tanduk selama ini sudah mafhum diolah menjadi berbagai produk kerajinan tangan, hal yang sama pada prinsipnya juga bisa dilakukan pada tulang.
Ide pembuatan tasbih berbahan dasar tulang sapi Sebelum menemukan tulang sebagai bahan baku kerajinan , harus menempuh jalan panjang. Awalnya, ia menggunakan kayu sebagai bahan baku, tapi ia melihat banyak kelemahan dari bahan kayu yang diguanakannya, antara lain tak kuat terkena air dan keringat .
Stigi atau Drini (Pemphis acidula) Kayu
Bertuah Nasional
Stigi, Setigi, Santigi, atau Drini (Pemphis
acidula) menjadi salah satu pohon dan kayu yang diyakini memiliki tuah
(kekuatan gaib). Bahkan diantara kayu-kayu bertuah lainnya semisal Dewandaru,
Nagasari, dan Pulai, Stigi dianggap sebagai Raja Kayu Bertuah. Wajar jika
kemudian tumbuhan semak pesisir bernama stigi atau centigi ini dijadikan jimat
dan penyerap racun sehingga terkenal di kalangan pelaku metafisika.
Selain tenar dan dianggap memiliki kekuatan
ghaib oleh kalangan metafisika, Stigi (Pemphis acidula) juga menjadi tanaman
favorit pencinta bonsai. Karakteristik batang, percabangan, daun, bunganya, dan
daya tahan tanaman menjadikan Santigi sebagai bahan bonsai berkelas mahal.
Kayu dan pohon Stigi dikenal dengan
berbagai nama lokal. Nama-nama lokal itu antara lain Centigi, Cantinggi, Drini,
Kastigi, Mentigi, Setigi, Sentigi, Santigi, dan Santiki. Nama latin tumbuhan
bertuah ini adalah Pemphis acidula J.R. Forst. & G. Forst. Nama ini
memiliki beberapa nama sinonim seperti Lythrum pemphis L., Mangium
porcellanicum Rumph., Melanium fruticosum Spreng., Pemphis angustifolia Roxb.,
dan Pemphis setosa Blanco. Penamaan tumbuhan ini diambil dari kata “Pemphis”
(Yunani), yang berarti “bengkak”, yang mengacu pada buahnya saat matang; dan
kata “acidula” (Latin), yang berarti masam, yang merujuk ke rasa daunnya.
Mengenal Stigi (Pemphis acidula)
Pohon Setigi atau Drini (Pemphis acidula)
merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh di daerah pesisir berkarang, berbasir,
atau di tepi hutan mangrove. Tumbuh di daerah beriklim tropis yang tersebar
luas di pesisir Asia Selatan yang meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, dan Srilanka. Juga hidup di Pesisir Australia
bagian utara, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Mikronesia, Fiji, Guam,
Kaledonia Baru, dan Palau. Pun di Afika Timur seperti Maladewa , Mozambik ,
Tanzania, dan Seychelles.
Pohon Stigi atau Santigi mempunyai tinggi
rata-rata 4 meter, meskipun di beberapa kondisi bisa mencapai hingga 10 meter.
Batang berkelok dan bengkok-bengkok dengan percabangan yang tidak teratur.
Kulit batang berwarna abu-abu hingga coklat tua dan bersisik (pecah-pecah).
Daun tunggal dan tumbuh bersilangan. Berwarna hijau pucat, berdaging tebal,
berbentuk elips atau lonjong bulat telur dengan panjang 1-3 cm dan lebar 0,3-1
cm.
Bunga Stigi berwarna putih atau merah muda
keputihan dengan diameter antara 0,7 – 1,0 cm yang tumbuh di ketiak daun.
Mahkota bunga terdiri atas 6 kuntum sedangkan kelopak bunga terdiri atas 12
helai. Buah Centigi kecil dengan diameter sekitar 0,3 – 0,5 cm, berwarna hijau
dengan permukaan buah berambut. Buah memiliki banyak biji yang berukuran sangat
kecil.
Bagi ahli metafisika, kayu setigi merupakan
“Rajanya Kayu Bertuah” yang memiliki energi metafisika yang kuat dengan
berbagai manfaat magis. Khasiat magis tersebut antara lain untuk menangkal ilmu
hitam (santet, tenung, dan guna-guna) dan segala daya negatif lainnya,
meningkatkan kewibawaan dan kharisma pemakainya, memberikan kekuatan tubuh dan
kekebalan, media pengasihan, melumpuhkan orang yang berniat jahat, serta
menyerap berbagai bisa dan racun binatang. Untuk memanfaatkan tuah dan
khasiatnya, kayu Setigi dibuat menjadi berbagai aksesoris seperti tasbih, cincin
dan batu cincin (akik), gelang, gagang tongkat, gagang dan sarung senjata
(seperti keris), sabuk, hingga pipa rokok.
Kekuatan energi yang dipunyai kayu Stigi
(Mentigi) tergantung pada daerah asal kayu (pohon), cara pengambilan, dan orang
yang mengambilnya. Bagi para pelaku metafisika, kayu stigi dibedakan menjadi
dua yaitu Stigi Laut (tumbuh di tepi laut) dan Stigi Daratan. Konon, kayu Stigi
yang berasal dari Kepulauan Karimunjawa memiliki khasiat dan kualitas terbaik.
Selain manfaat dari aspek magis dan
supranatural, kayu Setigi dipercaya juga bisa menjadi obat herbal alternatif.
Kayunya, dengan berbagai cara, berkhasiat sebagai pereda sakit, menyembuhkan
reumatik, bahkan menringankan gejala kanker. Namun manfaat-manfaat klinis ini
masih memerlukan kajian yang mendalam.
Pemanfaatan lainnya dari pohon Stigi atau
Drini (Pemphis acidula) adalah untuk bahan membuat bonsai. Karakteristis
tumbuhan, mulai dari akar, batang, percabangan, daun, bunganya yang khas,
ditambah dengan daya tahan tumbuhan dan pertumbuhannya yang lambat menjadikan
Setigi menjadi tanaman favorit di kalangan pencinta bonsai. Tak ayal bonsai
dari tanaman Centigi ini memiliki harga yang sangat mahal.
Namun kepercayaan kayu Setigi sebagai kayu
bertuah dan penggunaannya sebagai tanaman bonsai telah meningkatkan perburuan
dan jual beli pohon Setigi baik dalam kondisi hidup maupun kayu batangnya.
Perburuan liar ini telah membuat tumbuhan ini
semakin langka, bahkan punah di berbagai habitat aslinya. Meskipun daerah
sebaran tumbuhan ini sangat luas, namun dengan pertumbuhannya yang lambat serta
maraknya perburuan, IUCN Redlist memperkirakan telah terjadi penurunan populasi
secara global mencapai 21 % dalam 25 tahun terakhir. Karena itu, oleh IUCN
Redlist, Setigi (Pemphis acidula) dikategorikan dalam status keterancaman
“Least Concern” (Berisiko Rendah).
Klasifikasi Ilmiah Setigi. Kerajaan :
Plantae. Divisi : Tracheophyta. Kelas : Magnoliopsida. Ordo : Myrtales. Famili
: Lythraceae. Genus : Pemphis. Spesies : Pemphis acidula J.R. Forst. & G.
Forst.
Kayu, Kegunaan & Daya Yang Dipunyainya.
Dikalangan masyarakat kita, terutama yang
ada di Pulau Jawa, ada yang mempunyai keyakinan bahwa untuk beberapa jenis kayu
tertentu, ada yang memiliki daya gaib dan khasiat tertentu. Asal kayu tersebut
bisa saja karena berasal dari pohon atau kayu bekas tempat keramat atau yang
dikeramatkan seperti makam leluhur, para Wali atau karena langka, susah
mendapatkannya atau bisa juga karena memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki
kayu lain.
Derajat tuah kayu tergantung dari tempat
tumbuh, lingkungan dan tata cara pengambilannya yang kadangkala memerlukan
sesajian. Selain itu gambar yang ada pada kayu karena proses alam atau
pembusukan atau penyakit pohon kadangkala diyakini memiliki pengaruh gaib juga,
contohnya Pelet Kendhit pada warangka keris dari kayu Timaha dipercaya memiliki
daya mengikat tamu hingga mereka tidak meninggalkan tempat hajatan sebelum
acara selesai.
Ternyata kepercayaan ini terdapat juga
dibeberapa suku bangsa lain, bukan hanya bangsa kita saja.Dengan mengacu
beberapa sumber, antara lain : Drs. Budihardono, Ir. Bambang W.B. , R. Oesodo,
Ir. Wibatsu HS dan sumber lainnya diuraikan dibawah. Beberapa jenis kayu yang
secara tradisional dianggap bertuah. Penyertaan nama latin untuk menambah
informasi mengenai jenis kayu tersebut. Untuk beberapa nama latin yang dirasa
kurang tepat diberi tanda (?).
Keajaiban Mistis Kayu Stigi
Kayu Stigi adalah kayu yang banyak
masyarakat kenal sebagai kayu dengan kekuatan magis. Bahkan tidak sedikit
masyarakat yang menjulukinya sebagai Raja Kayu bertuah. Kayu stigi ini
mempunyai ciri – ciri keras, kuat dan juga dinamis. Kayu stigi dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu stigi laut dan stigi darat.
Pohon stigi laut tumbuh dengan baik di
daerah pantai, warna dari pohon ini adalah coklat tua. Ada keanehan terdapat
pada pohon ini yaitu setiap kayu dari pohon stigi laut ini, apabila disentuh
dengan tangan, warna kayunya akan semakin tua dan menghitam. Pohon stigi yang
masih muda mempunyai warna kayu putih kekuningan, namun seiring umur pohon
bertambah maka akan berubah menjadi coklat tua.
Saudara dari stigi laut adalah stigi darat,
warna dari stigi darat ini lebih gelap dan akan semakin gelap jika dihimpit
oleh benda – benda keras. Stigi darat mempunyai tekstur yang lebih kasar dengan
pola warna yang tidak merata. Biasanya stigi darat hidup didaratan yang tandus
dan berbatu, karena habitatnya yang keras dan terus diburu maka stigi darat
lebih langka daripada stigi laut.
Stigi darat saat ini masih dapat ditemui di
pulau Bengkoang dan pulau Kembar yang terletak di gugusan kepulauan Karimun
Jawa, Jepara. Bahkan sampai saat ini Jepara masih menjadi penghasil stigi
terbaik di Indonesia.
Baik stigi darat dan stigi laut mempunyai
ciri – ciri kayu yang akan tenggelam jika dimasukkan kedalam air. Meskipun
dalam ukuran yang sangat kecil, kayu stigi akan tetap tenggelam sampai dasar.
Bahkan jika ditenggelamkan di air laut, kayu penuh mistis ini tetap tenggelam.
Kayu stigi dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis racun, salah satunya adalah
racun bisa ular.
Jika sesorang tergigit ular, bekas gigitan
ular tersebut ditempelkan kayu stigi dan kayu bertuah tersebut akan menghisap
segala bisa dan racun ular sampai habis. Setelah bisa ular tersebut tersedot
seluruhnya, kayu stigi yang ditempelkan akan lepas dengan sendirinya.
Kayu stigi ini dipercaya akan menjadi
pelindung dan pembangkit kekuatan spiritual jika dipegang oleh orang – orang
dengan kelakuan baik. Apakah kamu salah satu orang yang percaya dengan khasiat
dari kayu stigi? Demikian informasi dari kayu stigi, semoga dapat bermanfaat.
Kayu Stigi
Kayu ini juga biasa disebut sebagai kayu
kastigi, juga biasa disebut dengan nama kayu Sulaiman. Kayu ini banyak terdapat
tuahnya dan pohonnya banyak terdapat di daerah dekat dengan pantai. Biasa
tumbuh di daerah yang berkapur dan banyak tumbuh di daerah pegunungan
tergantung pada jenisnya. Daun yang ada pada pohon ini hampir mirip dengan daun
sawo atau daun duren. Berwarna hijau dan pada ujungnya berwarna merah tembaga.
Pada dasarnya kayu ini mempunyai sifat
perempuan, dalam artian kayu ini tidak baik jika dibawa oleh perempuan. Karena
kayu ini membawa pengaruh pencacrian jodoh yang sulit dan bersifat berangasan
(nakal). Jika kayu ini digunakan untuk memukul lawan, maka akan pingsan
seketika dan setelah pingsan hendaklah tidak dipukul lagi karena bisa berakibat
fatal.
Kayu ini mempunyai jenis yang beragam.
Jenis yang biasa ditemukan adalah jenis yang berwarna kemerah- merahan dan
dalam waktu yang lama akan berubah menjadi hitam. Jenis lainnya dalah yang
warnanya agak terang, dan dalam waktu lama akan berubah menjadi coklat tua. Di
dasar laut terdapat jenis stigi yang bernama stigi laut. Kayunya berwarna hitam
dan daunnya mirip dengan daun rumput laut (mirip dengan lotrok laut). Pada kayu
stigi jenis ini terdapat bintik- bintik lembut pada permukaan laut.
Jika kayu ini tidak benar- benar halus,
maka keberadaan bintik- bintik putih ini tidak akan tampak. Konon stigi yang
berwarna biru belum ada yang memiliki karena merupakan salah satu jenis kayu pusaka
yang dilindungi oleh Ratu Kidul. Hingga keberadaannya sulit untuk bisa
diketahui apalagi untuk ditemukan. Kayunya berwarna biru meskipun sudah lama
disimpan dan warnanya tidak pernah pudar.
GARANSI KEASLIAN DARI MANAGEMENT TEAM BALUNG CRAFT TENTANG BAHAN BAKU PRODUK INI BERLAKU
JIKA TERNYATA BARANG TIDAK ASLI MAKA SELAMANYA BISA DI RETUR DAN UANG KEMBALI 100%
salam
"LADUNI GROSIR HANDICRAFT"
Handicraft asli KhasJember
Handicraft asli KhasJember
0 Tanggapan:
Posting Komentar